ANALGETIKA, ANTIPIRETIKA
& ANTI INFLAMASI
DISUSUN OLEH :
M.N.HASANUDIN, Ssi, Apt.
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
Jl. Parangtritis Km. 6 Sewon
Bantul Yogyakarta
2011
Analgetika adlh zat bekhasiat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri adalah : perasaan / sensasi yg tdk menyenangkan
yg dikaitkan dg kerusakan jaringan.
Mekanisme timbulnya rasa
sakit / nyeri :
Stimulasi / rangsang
(Trauma fisik, psikis, kimia)
Reseptor nyeri
melalui serat saraf nyeri /
sensorik
Penghantaran
impuls ke pusat nyeri
(medulla oblongata)
Perifer
(Persepsi nyeri)
Kerusakan jaringan (reseptor) akan menyebabkan
pelepasan senyawa endogen seperti: histamine, bradikinin, serotonin,
asetilkolin, prostaglandin.
Bradikinin & prostaglandin merupakan mediator
nyeri meningkatkan kepekaan ujung syaraf-syaraf sensorik bagi rangsangan
nyeri radang berupa nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan fungsi.
Penanganan rasa nyeri dpt diatasi dg beberapa cara:
1. merintangi terbentuknya rangsangan pada
reseptor rasa nyeri perifer (menghanmbat pembentukan prostaglandin) analgesic
perifer
2. merintangi penyaluran rangsangan di syaraf
sensorik anestesi local
3. blockade pusat rasa nyeri di SSP
analgesic narkotika
1.
ANALGESIK PERIFER (NON NARKOTIKA)
· Bekerja di syaraf perifer dengan cara
menghambat pembentukan prostaglandin
· Merupakan analgesik ringan sampai sedang
· Contoh: Parasetamol, asetosal,
antalgin/metampiron, asam mefenamat, ibuprofen, ketoprofen.
Hambatan prostaglandin:
Rangsangan
(Trauma / peradangan, dll)
Gangguan pada membrane sel :
Fosfolipida (membrane sel)
Dihambat
oleh
Enzim
kortikosteroid fosfolipase
Asam arakidonat
Dihambat oleh Enzim siklo-
NSAID
oksigenase
Prostaglandin
2. ANALGETIKA NARKOTIKA
- Bekerja
pd reseptor opioid di susunan syaraf pusat
(SSP)
- Merupakan analgesik kuat
- Menimbulkan adiksi / ketagihan
- Contoh: Morfin , pethidin,
Fentanyl.
Petidin :
- Efek mirip morfin pada SSP dan organ perifer
- Diserap baik di saluran cerna
- Efek analgesic tercapai 15 menit setelah IM
- Lama kerja lebih pendek dari morfin
- mencegah menggigil
digunakan utk kesalahan
pemakaian infuse.
- kontraksi uterus tidak terganggu.
Kerugian Petidin :
-
masa
kerja amat pendek hanya 2 jam
-
dosis
tinggi menimbulkan efek samping sentral seperti agitasi (terjadi peningkatan
dosis)
-
merangsang
muntah
-
resiko
adiksi
-
depresi
nafas
-
efek
spasme pada saluran cerna - efek samping konstipasi kurang ringan
-
hindari
secara IV
TRAMADOL HCL
·
Merupakan
analgesic yg bekerja sentral tapi tdk menyebabkan adiksi/ketergantungan.
·
Merupakan
agonis morfin, tapi tanpa depresi nafas serta efek kardiovaskuler minimal.
Indikasi : Untuk nyeri sedang hingga berat pada:
-
nyeri
akut ; trauma, fraktur (patah tulang), pasca bedah, persalinan,
kolik, nyeri koroner
-
nyeri
kronik ; osteo astritis, lumbago (low back pain), nyeri keganasan (cancer
pain), nyeri visceral, nyeri neural
- nyeri akibat tindakan diagnostic
Farmakokinetik
:
- Absorbsi cepat mencapai 90% sampai sempurna
-
pemberian
oral, konsentrasi mksimum serum dicapai setelah 2 jam, mula kerja 20-60 menit
-
ikatan
protein rendah 4% sehingga interaksi dengan obat lain minimal
-
T
½ (waktu paruh) : 6 jam
-
Eliminasi
melalui ginjal 30% bentuk utuh, 70% bentuk metabolit in aktif.
-
Absorbsi
melalui GIT
-
Ekskresi
melalui urin
-
Bioavaibilitas
relative tinggi mencapai 65%
Farmakodinamik : sama dengan mekanisme kerja opioid, yaitu
supresi/penekanan nyeri secara alamia dg menempati reseptor opioid, shg menekan
keberadaan syaraf2 penghantar rangsang nyeri.
Kontraindikasi: keracunan
alcohol, obat2an gol hipnotik, analgesic narkotik lain. Hipersensitif terhadap
opioid, penderita dg pengobatan MAOI.
Efek samping : seperti analgesic sentral lainnya :
mual, muntah, rasa letih, sedasi, pusing, berkeringat, mulut kering, pruritis,
sakit kepala.
Dosis : Untuk dewasa dan anak > 14 th :
-
dosis
tunggal 1 kapsul, jk perlu dpt diberikan 1 kapsul lg selang 30-60 menit.
-
Dosis
harian : maksimal 400 mg / hari atau 8 kapsul perhari.
3. ANTIPIRETIKA (Penurun
Panas Tubuh)
Pada
keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu tubuh
meningkat. Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi thermostat
ke suhu tubuh normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur kalor di
hipotalamus. Sehingga terjadi vasodilatasi perifer dikulit dan pengeluaran
kalor disertai keluarnya banyak keringat.
Contoh obat : - Parasetamol
-
Asetosal / Aspirin
Perbandingan potensi aksi analgesic - antipiretika:
|
Efek Analgesik
|
Efek Antipiretik
|
Efek Anti inflamasi
|
Efek Samping
|
Asetosal
Parasetamol
As mefenamat
Ibuprofen
Phenylbutazon
Indometasin
Naproksen
|
+ +
+ +
+ +
+
+
+
+
|
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ + +
+ + +
|
+ +
0
+ +
+
+ + +
+ + + +
+ +
|
+ +
+ +
+ +
+
+ + +
+ + +
+
|
ANTI INFLAMASI NON STEROID
&
ANTI INLAMASI STER
DISUSUN OLEH :
M.N.HASANUDIN, Ssi, Apt.
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
Jl. Parangtritis Km. 6 Sewon
Bantul Yogyakarta
2011
A.
Anti inflamasi non steroid (NSAID)
Berkhasiat anti radang (inflamasi),
analgetika, dan antipiretika. Namun efek anti radang lebih kuat shg banyak
dipakai utk menghilangkan gejala penyakit :
1. Artritis
adalah nama gabungan untuk berbagai macam
penyakit yg semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dg
terganggunya fungsi alat-alat gerak (sendi dan otot). Yang paling banyak
ditemukan adalah:
·
Attrose
(arthritis deformans), umumnya tanpa
peradangan.
·
Rematik (arthtritis rheumatica) dg peradangan.
·
Arthritis
urica (gout)
·
Spondylosis dg radang tulang punggung.
·
Osteoarthritis
(radang krn penipisan tulang rawan) sering pada persendian.
·
Rema
soft tissue ( penyakit degeneratif pd otot, urat, dan jaringan ikat).
2. peradangan
akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), juga setelah pembedahan, memar
akibat olahraga.
3. Mencegah
pembengkakan bila diminum sedini mungkin
dalam dosis yg cukup tinggi.
4. Kolik
saluran empedu,kemih, nyeri haid (dysmenorroe)
Penggolongan NSAID:
a. Asam
salisilat : asetosal, benorilat, diflunisal.
b. Asam
asetat : Na/K diklofenac, indometasin.
c. Asam
propionat : ibuprofen, ketoprofen,naproksen.
d. Asam
antranilat : asam mefenamat
e. Oxicam
: piroxicam, meloxicam.
f. Pirazolon:
fenilbutazon, oksifenbutazon.
Mekanisme kerja NSAID:
Dengan cara menghambat enzim siklo-oksigenase
shg konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin (PGG2) dihentikan.
Fosfolipida
(membrane sel)
Kortikosteroid fosfolipase
Asam arakidonat
NSAID cyclooxygenase lipoxygenase
Endoperoksida
asam hidroperoksida
Prostaglandin
leukotrien
(PGG2)
Prostaglandin dan Leukotrien :
merupakan mediator radang dan nyeri
B. Anti Inflamasi Steroid (SAID)
Th 1855, Addison meneliti fungsi
fisiologi anak ginjal atau kelenjar adrenal, merupakan organ kecil yg letaknya
berdampingan dengan ginjal pd bagian atas-dalamnya (ad=dekat, ren=ginjal).
Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan
bagian kulit.
1.
Medulla
(= sumsum) adlh bagian dalam yg membentuk neurohormon adrenalin
2.
Cortex
(= kulit) adalah bagian luar yg menghasilkan 3 jenis hormone steroida, yaitu:
·
Glukokortikoid : mengeluarkan kortisol (hidrokortison)
berpengaruh pd metabolisme karbohidrat, pertukaran protein, pembagian lemak dan
reaksi inflamasi.
·
Mineralokortikoid : mengeluarkan
aldosteron, berpengaruh terhdp keseimbangan air dan elektrolit.
·
Hormon
kelamin : produksi
terstosteron, DHEA, estrogen dan progesterone.
Efek glukokortikoid:
a. efek anti radang / anti inflamasi (akibat trauma, alergi, infeksi) : berdasarkan efek vasokontriksi.
b. Daya imunosupresif dan anti alergi: reaksi imun dihambat, sedangkan migrasi dan aktifitas
limfosit T/B dan makrofag dikurangi.
c. Efek ketabol : menghalangi pembentukan protein dari asam2 amino. Sedangkan pengubahannya ke
glukosa dipercepat.
Efek mineralokortikoid : retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan
kalium ekskresinya meningkat.
Sintesa semua hormone tersebut didalam
korteks adrenal: mengubah asetat menjadi
kolesterol, yg kemudian dg bantuan berbagai enzim diubah menjadi
kortikosteroid.
Penggunaan hidrokortison dg dosis tinggi yg
sering kali diperlukan dlm terapi acapkali terganggu oleh efek sampingnya, spt
retensi garam/air, udema, dan hipertensi. Dg demikian disintesa sebanyak
mungkin derivatnya dg tujuan memperkuat
efek glukokortikoidnya dan memperkecil efek sampingnya.
Penggolongan kortikosteroid berdasarkan
struktur kimia terbagi dalam 2 kelompok:
1.
Deltakortkoida:
Prednis(ol)on, metylprednisolon, budesonida, desonida dan prednikarbat.
2.
Fluokortikoida:
Berdasarkan posisi dari atom fluor dlm rumus steroid :
- 6 alfa-fluor: fluokortolon, flunisolida
- 9 alfa-fluor: betametason,
deksametason, triamsi nolon, desoksimetason,
fluormetolon.
- 6,9 alfa-difluor : flumetason,
flusinolon, diflukortolon.
- 9 alfa-fluor 21-klor : klobetasol, klobetason.
- 6 alfa-fluor 9,11-diklor : fluokorolon
- 6,9 alfa-difluor 2-klor : halometason.
Efek analgetika Kortikosteroid: dengan cara
menghambat enzim fosfolipase, sehingga pembentukan prostaglandin maupun
leukotrien dihentikan.oleh karena itu efek terhadap gejala inflamasi (radang
& nyeri) lebih baik daripada NSAID. Namun efek sampingnya lebih berbahaya
pada dosis tinggi dan penggunaan lama.
ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK
Analgetika adlh zat
bekhasiat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri.
Nyeri adalah : perasaan /
sensasi yg tdk menyenangkan yg dikaitkan dg kerusakan jaringan.
Mekanisme
timbulnya rasa sakit / nyeri :
Stimulasi / rangsang
(Trauma
fisik, psikis, kimia)
Reseptor nyeri
melalui serat saraf nyeri / sensorik
Penghantaran impuls ke pusat
nyeri
Di medulla oblongata
Perifer
(Persepsi
nyeri)
Kerusakan jaringan (reseptor)
akan menyebabkan pelepasan senyawa endogen seperti: histamine, bradikinin,
serotonin, asetilkolin, prostaglandin.
Bradikinin & prostaglandin
merupakan mediator nyeri meningkatkan kepekaan ujung syaraf-syaraf sensorik
bagi rangsangan nyeri radang berupa nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan
fungsi.
Penanganan rasa nyeri dpt
diatasi dg beberapa cara:
1.
merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor rasa
nyeri perifer (menghanmbat pembentukan prostaglandin) analgesic perifer
2.
merintangi penyaluran rangsangan di syaraf sensorik
anestesi local
3.
blockade pusat rasa nyeri di SSP analgesic narkotika
1.
ANALGETIKA PERIFER
(NON NARKOTIKA)
·
Bekerja di syaraf perifer dengan cara menghambat
pembentukan prostaglandin
·
Merupakan analgesik ringan sampai sedang
Contoh:
Parasetamol, asetosal, antalgin/metampiron, asam mefenamat, ibuprofen,
ketoprofen, tramadol- HCL.
Mekanisme hambatan
prostaglandin:
Rangsangan
(Trauma / peradangan, dll)
Gangguan pada membrane sel :
(Fosfolipida membrane sel)
Dihambat
oleh
Enzim
kortikosteroid
fosfolipase
Asam arakidonat
Dihambat oleh NSAID Enzim
siklo -oksigenase
Prostaglandin
2. ANALGETIKA NARKOTIKA
·
Bekerja pada reseptor opioid di susunan syaraf pusat
(SSP)
·
Merupakan
analgesik kuat
·
Menimbulkan
adiksi / ketagihan
·
Contoh: Morfin , pethidin, Fentanyl.
Petidin :
- Efek mirip morfin pada SSP dan
organ perifer
- Diserap baik di saluran cerna
- Efek analgesic tercapai 15
menit setelah IM
- Lama kerja lebih pendek dari
morfin
-
mencegah menggigil digunakan utk kesalahan pemakaian infuse.
- kontraksi uterus tidak
terganggu.
Kerugian Petidin :
-
masa kerja amat pendek hanya 2 jam
-
dosis tinggi menimbulkan efek samping sentral seperti
agitasi (terjadi peningkatan dosis)
-
merangsang muntah
-
resiko adiksi
-
depresi nafas
-
efek spasme pada saluran cerna - efek samping
konstipasi kurang ringan
-
hindari secara IV
TRAMADOL HCL
·
Merupakan analgesic yg bekerja sentral tapi tdk
menyebabkan adiksi/ketergantungan.
·
Merupakan agonis morfin, tapi tanpa depresi nafas serta
efek kardiovaskuler minimal.
Indikasi : Untuk nyeri sedang
hingga berat pada:
-
nyeri akut ; trauma, fraktur (patah tulang), pasca bedah,
persalinan, kolik, nyeri koroner
-
nyeri kronik ; osteo astritis, lumbago (low back pain), nyeri
keganasan (cancer pain), nyeri visceral, nyeri neural
- nyeri akibat tindakan diagnostic
Farmakokinetik :
- Absorbsi cepat mencapai 90% sampai sempurna
-
pemberian oral, konsentrasi mksimum serum dicapai
setelah 2 jam, mula kerja 20-60 menit
-
ikatan protein rendah 4% sehingga interaksi dengan obat
lain minimal
-
T ½ (waktu paruh)
: 6 jam
-
Eliminasi melalui ginjal 30% bentuk utuh, 70% bentuk
metabolit in aktif.
-
Absorbsi melalui GIT
-
Ekskresi melalui urin
-
Bioavaibilitas relative tinggi mencapai 65%
Farmakodinamik : sama dengan mekanisme kerja opioid,
yaitu supresi/penekanan nyeri secara alamia dg menempati reseptor opioid, shg
menekan keberadaan syaraf2 penghantar rangsang nyeri.
Kontraindikasi:
keracunan alcohol, obat2an gol hipnotik, analgesic narkotik lain. Hipersensitif
terhadap opioid, penderita dg pengobatan MAOI.
Efek
samping : seperti analgesic
sentral lainnya : mual, muntah, rasa letih, sedasi, pusing, berkeringat, mulut
kering, pruritis, sakit kepala.
Dosis : Untuk dewasa dan anak > 14 th :
-
dosis tunggal 1 kapsul, jk perlu dpt diberikan 1 kapsul
lg selang 30-60 menit.
-
Dosis harian : maksimal 400 mg / hari atau 8 kapsul
perhari.
3.
ANTIPIRETIKA (Penurun Panas Tubuh)
Pada
keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu tubuh
meningkat. Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi thermostat
ke suhu tubuh normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur kalor di
hipotalamus. Sehingga terjadi vasodilatasi perifer dikulit dan pengeluaran
kalor disertai keluarnya banyak keringat.
Contoh obat : -
Parasetamol
-
Asetosal / Aspirin
Perbandingan potensi aksi
analgesic - antipiretika:
|
Efek
Analgesik
|
Efek
Antipiretik
|
Efek
Anti inflamasi
|
Efek
Samping
|
Asetosal
Parasetamol
Asam mefenamat
Ibuprofen
Phenylbutazon
Indometasin
Naproksen
|
+ +
+ +
+ +
+
+
+
+
|
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ + +
+ + +
|
+ +
0
+ +
+
+ + +
+ + + +
+ +
|
+ +
+ +
+ +
+
+ + +
+ + +
+
|
ANTI
INFLAMASI
A.
Anti inflamasi non
steroid (NSAID)
Berkhasiat anti
radang (inflamasi), analgetika, dan antipiretika. Namun efek anti radang lebih
kuat shg banyak dipakai utk menghilangkan gejala penyakit :
1.
Artritis
adalah nama gabungan
untuk berbagai macam penyakit yg semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak,
serta kekakuan otot dg terganggunya fungsi alat-alat gerak (sendi dan otot).
Yang paling banyak ditemukan adalah:
·
Attrose (arthritis deformans), umumnya tanpa peradangan.
·
Arthtritis rheumatica dg peradangan.
·
Arthritis urica, gout
·
Spondylosis dg
radang tulang punggung.
·
Osteoarthritis (radang krn penipisan tulang rawan)
sering pada persendian.
·
Rema soft tissue ( penyakit degeneratif pd otot, urat,
dan jaringan ikat).
2. peradangan akibat trauma (pukulan,
benturan, kecelakaan), juga setelah pembedahan, memar akibat olahraga.
3.
Mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam
dosis yg cukup tinggi.
4.
Kolik saluran empedu,kemih, nyeri haid (dysmenorroe)
Penggolongan NSAID:
1.
Asam salisilat :
asetosal, benorilat, diflunisal.
2.
Asam asetat :
Na/K diklofenac, indometasin.
3.
Asam propionat :
ibuprofen, ketoprofen,naproksen.
4.
Asam antranilat :
asam mefenamat
5.
Oxicam :
piroxicam, meloxicam.
6.
pirazolon :
fenilbutazon, oksifenbutazon.
Mekanisme kerja NSAID:
Dengan cara
menghambat enzim siklo-oksigenase shg konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin (PGG2) dihentikan.
Fosfolipida (membrane sel)
Kortikosteroid
fosfolipase
Asam
arakidonat
NSAID cyclooxygenase
lipoxygenase
Endoperoksida
asam hidroperoksida
Prostaglandin
leukotrien
(PGG2)
Prostaglandin
dan Leukotrien : merupakan mediator radang dan nyeri
B. Anti
Inflamasi Steroid (SAID)
Th 1855,
Addison meneliti fungsi fisiologi anak ginjal atau kelenjar adrenal, merupakan
organ kecil yg letaknya berdampingan dengan ginjal pd bagian atas-dalamnya
(ad=dekat, ren=ginjal). Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan bagian
kulit.
1.
Medulla ( : sumsum) adlh bagian dalam yg membentuk
neurohormon adrenalin
2.
Cortex ( : kulit)
adalah bagian luar yg menghasilkan 3 jenis
hormone steroida, yaitu:
·
Glukokortikoid : mengeluarkan
kortisol (hidrokortison) berpengaruh pd metabolisme karbohidrat,
pertukaran protein, pembagian lemak dan reaksi
inflamasi.
·
Mineralokortikoid : mengeluarkan aldosteron,
berpengaruh terhdp keseimbangan air dan elektrolit.
·
Hormon kelamin : produksi terstosteron, DHEA, estrogen dan progesterone.
Efek glukokortikoid:
a.
efek anti radang / anti inflamasi : berdasarkan efek vasokontriksi.
b.
Daya imunosupresif dan anti alergi: reaksi imun
dihambat, sedangkan migrasi dan aktifitas limfosit T/B dan makrofag dikurangi.
c.
Efek ketabol : menghalangi pembentukan protein dari
asam2 amino. Sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat.
Efek mineralokortikoid : retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal,
sedangkan kalium ekskresinya meningkat.
Sintesa semua hormone
tersebut diatas didalam korteks
adrenal: mengubah asetat menjadi kolesterol, yg kemudian dg
bantuan berbagai enzim diubah menjadi kortikosteroid.
Penggunaan
hidrokortison dg dosis tinggi yg sering kali diperlukan dlm terapi acapkali
terganggu oleh efek sampingnya, spt retensi garam/air, udema, dan hipertensi.
Dg demikian disintesa sebanyak mungkin derivatnya dg tujuan memperkuat efek
glukokortikoidnya dan memperkecil efek sampingnya.
Penggolongan
kortikosteroid berdasarkan struktur kimia terbagi dalam 2 kelompok:
1.
Deltakortkoida :
Prednis(ol)on, metylprednisolon, budesonida, desonida dan prednikarbat.
2.
Fluokortikoida :
Berdasarkan posisi dari atom fluor dlm rumus steroid :
-
6 alfa-fluor: fluokortolon,
flunisolida
-
9 alfa-fluor: betametason,
deksametason, triamsi nolon, desoksimetason
-
6,9 alfa-difluor : flumetason,
flusinolon, diflukortolon
-
9 alfa-fluor 21-klor : klobetasol, klobetason
-
6 alfa-fluor 9,11-diklor : fluokorolo
-
6,9 alfa-difluor 2-klor : halometason
Efek analgetika
Kortikosteroid: dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga
pembentukan prostaglandin maupun leukotrien dihentikan. Shg efek anti inflamasinya lebih baik daripada NSAID. Namun efek
sampingnya lebih berbahaya pada dosis
tinggi dan penggunaan lama.
No comments:
Post a Comment