Thursday, March 28, 2013





ANALGETIKA, ANTIPIRETIKA
& ANTI INFLAMASI







DISUSUN  OLEH :
M.N.HASANUDIN, Ssi, Apt.


AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
Jl. Parangtritis Km. 6 Sewon Bantul Yogyakarta
2011



Analgetika adlh zat bekhasiat  mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri adalah : perasaan / sensasi yg tdk menyenangkan yg dikaitkan dg kerusakan jaringan.


Mekanisme timbulnya rasa sakit / nyeri :

 Stimulasi / rangsang
 (Trauma fisik, psikis, kimia)
 

                                                            
 Reseptor nyeri
 

     melalui serat saraf nyeri /
     sensorik
             
                             Penghantaran impuls ke pusat nyeri
                                            (medulla oblongata)
                                                         
                                     
                                                 Perifer
                                          (Persepsi nyeri)


Kerusakan jaringan (reseptor) akan menyebabkan pelepasan senyawa endogen seperti: histamine, bradikinin, serotonin, asetilkolin, prostaglandin.

Bradikinin & prostaglandin merupakan mediator nyeri  meningkatkan kepekaan ujung syaraf-syaraf sensorik bagi rangsangan nyeri  radang berupa nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan fungsi.



Penanganan rasa nyeri dpt diatasi dg beberapa cara:
1.     merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor rasa nyeri perifer (menghanmbat pembentukan prostaglandin)  analgesic perifer
2.     merintangi penyaluran rangsangan di syaraf sensorik  anestesi local
3.     blockade pusat rasa nyeri di SSP  analgesic narkotika

1.           ANALGESIK PERIFER (NON NARKOTIKA)
·  Bekerja di syaraf perifer dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin
·  Merupakan analgesik ringan sampai sedang
·  Contoh: Parasetamol, asetosal, antalgin/metampiron, asam mefenamat, ibuprofen, ketoprofen.

  Hambatan prostaglandin:

Rangsangan
(Trauma / peradangan, dll)
                                                              

Gangguan pada membrane sel :
Fosfolipida (membrane sel)
 

       Dihambat oleh                                       Enzim
       kortikosteroid                                       fosfolipase


Asam arakidonat
 

       Dihambat oleh                                               Enzim siklo-
       NSAID                                                      oksigenase

                                  Prostaglandin


2. ANALGETIKA NARKOTIKA
-  Bekerja pd reseptor opioid di susunan syaraf pusat  (SSP)
       -  Merupakan  analgesik kuat
       -  Menimbulkan  adiksi / ketagihan
       -  Contoh: Morfin , pethidin, Fentanyl.



Petidin :     
- Efek mirip morfin pada SSP dan organ perifer
- Diserap baik di saluran cerna
- Efek analgesic tercapai 15 menit setelah IM
- Lama kerja lebih pendek dari morfin
- mencegah menggigil  digunakan utk kesalahan         pemakaian  infuse.
- kontraksi uterus tidak terganggu.

Kerugian Petidin :
-         masa kerja amat pendek hanya 2 jam
-         dosis tinggi menimbulkan efek samping sentral seperti agitasi (terjadi peningkatan dosis)
-         merangsang muntah
-         resiko adiksi
-         depresi nafas
-         efek spasme pada saluran cerna - efek samping konstipasi kurang ringan
-         hindari secara IV

TRAMADOL HCL
·              Merupakan analgesic yg bekerja sentral tapi tdk menyebabkan adiksi/ketergantungan.
·              Merupakan agonis morfin, tapi tanpa depresi nafas serta efek kardiovaskuler minimal.            
Indikasi : Untuk nyeri sedang hingga berat pada:
-         nyeri akut ; trauma, fraktur (patah                 tulang), pasca bedah, persalinan, kolik, nyeri koroner
-         nyeri kronik ; osteo astritis, lumbago (low back pain), nyeri keganasan (cancer pain), nyeri visceral, nyeri neural
-    nyeri akibat tindakan diagnostic

Farmakokinetik  :
-   Absorbsi cepat mencapai 90% sampai sempurna
-         pemberian oral, konsentrasi mksimum serum dicapai setelah 2 jam, mula kerja 20-60 menit
-         ikatan protein rendah 4% sehingga interaksi dengan obat lain minimal
-         T ½  (waktu paruh) : 6 jam
-         Eliminasi melalui ginjal 30% bentuk utuh, 70% bentuk metabolit in aktif.
-         Absorbsi melalui GIT
-         Ekskresi melalui urin
-         Bioavaibilitas relative tinggi mencapai 65%

Farmakodinamik  : sama dengan mekanisme kerja opioid, yaitu supresi/penekanan nyeri secara alamia dg menempati reseptor opioid, shg menekan keberadaan syaraf2 penghantar rangsang nyeri.

Kontraindikasi: keracunan alcohol, obat2an gol hipnotik, analgesic narkotik lain. Hipersensitif terhadap opioid, penderita dg pengobatan MAOI.

Efek samping       : seperti analgesic sentral lainnya : mual, muntah, rasa letih, sedasi, pusing, berkeringat, mulut kering, pruritis, sakit kepala.

Dosis     : Untuk dewasa dan anak > 14 th :
-         dosis tunggal 1 kapsul, jk perlu dpt diberikan 1 kapsul lg selang 30-60 menit.
-         Dosis harian : maksimal 400 mg / hari atau 8 kapsul perhari.



3. ANTIPIRETIKA (Penurun Panas Tubuh)
         
          Pada keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu tubuh meningkat. Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi thermostat ke suhu tubuh normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur kalor di hipotalamus. Sehingga terjadi vasodilatasi perifer dikulit dan pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
Contoh obat :       - Parasetamol
                                      - Asetosal / Aspirin


Perbandingan potensi aksi analgesic - antipiretika:


Efek Analgesik
Efek Antipiretik
Efek Anti inflamasi
Efek Samping
Asetosal
Parasetamol                   
As mefenamat
Ibuprofen

Phenylbutazon
Indometasin
Naproksen
+ +
+ +
+ +
+

+
+
+
+ +
+ +
+ +
+ +

+ +
+ + +
+ + +
+ +
0
+ +
+

+ + +
+ + + +
+ +
+ +
+ +
+ +
+

+ + +
+ + +
+













ANTI INFLAMASI NON STEROID
&
ANTI INLAMASI STER






DISUSUN  OLEH :
M.N.HASANUDIN, Ssi, Apt.


AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
Jl. Parangtritis Km. 6 Sewon Bantul Yogyakarta
2011






A.                 Anti inflamasi non steroid (NSAID)
 Berkhasiat anti radang (inflamasi), analgetika, dan antipiretika. Namun efek anti radang lebih kuat shg banyak dipakai utk menghilangkan gejala penyakit :
1.       Artritis
adalah nama gabungan untuk berbagai macam penyakit yg semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dg terganggunya fungsi alat-alat gerak (sendi dan otot). Yang paling banyak ditemukan adalah:
·            Attrose (arthritis deformans), umumnya tanpa     peradangan.
·              Rematik  (arthtritis rheumatica) dg peradangan.
·              Arthritis urica (gout)
·              Spondylosis  dg radang tulang punggung.
·                 Osteoarthritis (radang krn penipisan tulang rawan) sering pada persendian.
·                 Rema soft tissue ( penyakit degeneratif pd otot, urat, dan jaringan ikat).
2.       peradangan akibat trauma (pukulan, benturan,             kecelakaan), juga setelah pembedahan, memar akibat     olahraga.
3.      Mencegah pembengkakan bila diminum sedini    mungkin dalam dosis yg cukup tinggi.
4.       Kolik saluran empedu,kemih, nyeri haid (dysmenorroe)


Penggolongan NSAID:
a.       Asam salisilat : asetosal, benorilat, diflunisal.
b.       Asam asetat : Na/K diklofenac, indometasin.
c.       Asam propionat : ibuprofen, ketoprofen,naproksen.
d.       Asam antranilat : asam mefenamat
e.       Oxicam : piroxicam, meloxicam.
f.       Pirazolon: fenilbutazon, oksifenbutazon.

Mekanisme kerja NSAID:
Dengan cara menghambat enzim siklo-oksigenase shg konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin (PGG2) dihentikan.


Fosfolipida (membrane sel)
 

           Kortikosteroid                              fosfolipase        
                        
Asam arakidonat
 



      NSAID           cyclooxygenase                             lipoxygenase
 


                               Endoperoksida                          asam hidroperoksida


                               Prostaglandin                                   leukotrien
                                     (PGG2)    

       Prostaglandin dan Leukotrien : merupakan mediator radang dan nyeri
                              



B.  Anti Inflamasi Steroid (SAID)

Th 1855, Addison meneliti fungsi fisiologi anak ginjal atau kelenjar adrenal, merupakan organ kecil yg letaknya berdampingan dengan ginjal pd bagian atas-dalamnya (ad=dekat, ren=ginjal). Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan bagian kulit.
1.           Medulla (= sumsum) adlh bagian dalam yg membentuk neurohormon adrenalin
2.           Cortex (= kulit) adalah bagian luar yg menghasilkan 3 jenis hormone steroida, yaitu:
·                          Glukokortikoid : mengeluarkan kortisol (hidrokortison) berpengaruh pd metabolisme karbohidrat, pertukaran protein, pembagian lemak dan reaksi inflamasi.
·               Mineralokortikoid : mengeluarkan aldosteron, berpengaruh terhdp keseimbangan air dan elektrolit.
·               Hormon kelamin : produksi terstosteron, DHEA, estrogen dan progesterone.

Efek glukokortikoid:
a.    efek anti radang / anti inflamasi (akibat trauma, alergi,   infeksi) : berdasarkan efek vasokontriksi.
b.    Daya imunosupresif dan anti alergi: reaksi imun   dihambat, sedangkan migrasi dan aktifitas limfosit T/B          dan makrofag  dikurangi.
c.     Efek ketabol : menghalangi pembentukan protein dari    asam2 amino. Sedangkan pengubahannya ke glukosa     dipercepat.

Efek mineralokortikoid : retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan kalium ekskresinya meningkat.


Sintesa semua hormone tersebut didalam korteks adrenal:  mengubah asetat menjadi kolesterol, yg kemudian dg bantuan berbagai enzim diubah menjadi kortikosteroid.


Penggunaan hidrokortison dg dosis tinggi yg sering kali diperlukan dlm terapi acapkali terganggu oleh efek sampingnya, spt retensi garam/air, udema, dan hipertensi. Dg demikian disintesa sebanyak mungkin derivatnya dg tujuan memperkuat efek glukokortikoidnya dan memperkecil efek sampingnya.


Penggolongan kortikosteroid berdasarkan struktur kimia terbagi dalam 2 kelompok:
1.                 Deltakortkoida: Prednis(ol)on, metylprednisolon, budesonida, desonida dan prednikarbat.
2.                 Fluokortikoida: Berdasarkan posisi dari atom fluor dlm rumus steroid :
           -  6 alfa-fluor: fluokortolon, flunisolida
          - 9 alfa-fluor: betametason, deksametason, triamsi                  nolon, desoksimetason, fluormetolon.
         - 6,9 alfa-difluor : flumetason, flusinolon, diflukortolon.
           -  9 alfa-fluor 21-klor : klobetasol, klobetason.
           -  6 alfa-fluor 9,11-diklor : fluokorolon
           -  6,9 alfa-difluor 2-klor : halometason.


Efek analgetika Kortikosteroid: dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga pembentukan prostaglandin maupun leukotrien dihentikan.oleh karena itu efek terhadap gejala inflamasi (radang & nyeri) lebih baik daripada NSAID. Namun efek sampingnya lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama.







ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK


Analgetika adlh zat bekhasiat  mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri adalah : perasaan / sensasi yg tdk menyenangkan yg dikaitkan dg kerusakan jaringan.

Mekanisme timbulnya rasa sakit / nyeri :

 Stimulasi / rangsang
 (Trauma  fisik, psikis, kimia)

                                                            
    Reseptor nyeri
 

     melalui serat saraf nyeri / sensorik
             
                                                   Penghantaran  impuls ke pusat nyeri
                                                              Di medulla oblongata
                                                                       
                                               
                                                                             Perifer
                                                                     (Persepsi nyeri)


Kerusakan jaringan (reseptor) akan menyebabkan pelepasan senyawa endogen seperti: histamine, bradikinin, serotonin, asetilkolin, prostaglandin.

Bradikinin & prostaglandin merupakan mediator nyeri  meningkatkan kepekaan ujung syaraf-syaraf sensorik bagi rangsangan nyeri  radang berupa nyeri, panas, merah, bengkak dan gangguan fungsi.

Penanganan rasa nyeri dpt diatasi dg beberapa cara:
1.                                   merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor rasa nyeri perifer (menghanmbat pembentukan prostaglandin)  analgesic perifer
2.                                   merintangi penyaluran rangsangan di syaraf sensorik  anestesi local
3.                                   blockade pusat rasa nyeri di SSP  analgesic narkotika

1.                                   ANALGETIKA PERIFER (NON  NARKOTIKA)
·    Bekerja di syaraf perifer dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin
·    Merupakan analgesik ringan sampai sedang
Contoh: Parasetamol, asetosal, antalgin/metampiron, asam mefenamat, ibuprofen, ketoprofen, tramadol- HCL.

 Mekanisme hambatan prostaglandin:

Rangsangan
(Trauma / peradangan, dll)
                                                              

Gangguan pada membrane sel :
(Fosfolipida membrane sel)
 

                              Dihambat oleh                                                                                          Enzim
                              kortikosteroid                                                                                          fosfolipase

                                                                                   Asam arakidonat
 

                      Dihambat oleh NSAID                                                                   Enzim siklo -oksigenase

                                                                                       Prostaglandin





2.      ANALGETIKA NARKOTIKA
·                             Bekerja pada reseptor opioid di susunan syaraf pusat (SSP)
·                             Merupakan  analgesik kuat
·                             Menimbulkan  adiksi / ketagihan
·                             Contoh: Morfin , pethidin, Fentanyl.

Petidin :         
- Efek mirip morfin pada SSP dan organ perifer
- Diserap baik di saluran cerna
- Efek analgesic tercapai 15 menit setelah IM
- Lama kerja lebih pendek dari morfin
- mencegah menggigil  digunakan utk kesalahan         pemakaian  infuse.
- kontraksi uterus tidak terganggu.

Kerugian Petidin :
-                   masa kerja amat pendek hanya 2 jam
-                   dosis tinggi menimbulkan efek samping sentral seperti agitasi (terjadi peningkatan dosis)
-                   merangsang muntah
-                   resiko adiksi
-                   depresi nafas
-                   efek spasme pada saluran cerna - efek samping konstipasi kurang ringan
-                   hindari secara IV


TRAMADOL HCL
·                            Merupakan analgesic yg bekerja sentral tapi tdk menyebabkan adiksi/ketergantungan.
·                            Merupakan agonis morfin, tapi tanpa depresi nafas serta efek kardiovaskuler minimal.                              
Indikasi : Untuk nyeri sedang hingga berat pada:
-                   nyeri akut ; trauma, fraktur (patah                 tulang), pasca bedah, persalinan, kolik, nyeri koroner
-                   nyeri kronik ; osteo astritis, lumbago (low back pain), nyeri keganasan (cancer pain), nyeri visceral, nyeri neural
-     nyeri akibat tindakan diagnostic

Farmakokinetik  :
-   Absorbsi cepat mencapai 90% sampai sempurna
-                   pemberian oral, konsentrasi mksimum serum dicapai setelah 2 jam, mula kerja 20-60 menit
-                   ikatan protein rendah 4% sehingga interaksi dengan obat lain minimal
-                   T ½  (waktu paruh) : 6 jam
-                   Eliminasi melalui ginjal 30% bentuk utuh, 70% bentuk metabolit in aktif.
-                   Absorbsi melalui GIT
-                   Ekskresi melalui urin
-                   Bioavaibilitas relative tinggi mencapai 65%

Farmakodinamik      : sama dengan mekanisme kerja opioid, yaitu supresi/penekanan nyeri secara alamia dg menempati reseptor opioid, shg menekan keberadaan syaraf2 penghantar rangsang nyeri.

Kontraindikasi: keracunan alcohol, obat2an gol hipnotik, analgesic narkotik lain. Hipersensitif terhadap opioid, penderita dg pengobatan MAOI.

Efek samping            : seperti analgesic sentral lainnya : mual, muntah, rasa letih, sedasi, pusing, berkeringat, mulut kering, pruritis, sakit kepala.

Dosis        : Untuk dewasa dan anak > 14 th :
-                   dosis tunggal 1 kapsul, jk perlu dpt diberikan 1 kapsul lg selang 30-60 menit.
-                   Dosis harian : maksimal 400 mg / hari atau 8 kapsul perhari.



3. ANTIPIRETIKA (Penurun Panas Tubuh)
           
            Pada keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu tubuh meningkat. Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi thermostat ke suhu tubuh normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur kalor di hipotalamus. Sehingga terjadi vasodilatasi perifer dikulit dan pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
Contoh obat :            - Parasetamol
                        - Asetosal / Aspirin


Perbandingan potensi aksi analgesic - antipiretika:


Efek Analgesik
Efek Antipiretik
Efek Anti inflamasi
Efek Samping
Asetosal
Parasetamol                   
Asam mefenamat
Ibuprofen

Phenylbutazon
Indometasin
Naproksen
+ +
+ +
+ +
+

+
+
+
+ +
+ +
+ +
+ +

+ +
+ + +
+ + +
+ +
0
+ +
+

+ + +
+ + + +
+ +
+ +
+ +
+ +
+

+ + +
+ + +
+




ANTI INFLAMASI

A.                                                                               Anti inflamasi non steroid (NSAID)
Berkhasiat anti radang (inflamasi), analgetika, dan antipiretika. Namun efek anti radang lebih kuat shg banyak dipakai utk menghilangkan gejala penyakit :
1.                                   Artritis
adalah nama gabungan untuk berbagai macam penyakit yg semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dg terganggunya fungsi alat-alat gerak (sendi dan otot). Yang paling banyak ditemukan adalah:
·                            Attrose (arthritis deformans), umumnya tanpa peradangan.
·                            Arthtritis rheumatica dg peradangan.
·                            Arthritis urica, gout
·                            Spondylosis  dg radang tulang punggung.
·                            Osteoarthritis (radang krn penipisan tulang rawan) sering pada persendian.
·                            Rema soft tissue ( penyakit degeneratif pd otot, urat, dan jaringan ikat).
2.         peradangan akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), juga setelah pembedahan, memar akibat               olahraga.
3.                                   Mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yg cukup tinggi.
4.                                   Kolik saluran empedu,kemih, nyeri haid (dysmenorroe)

Penggolongan NSAID:
1.                                   Asam salisilat            : asetosal, benorilat, diflunisal.
2.                                   Asam asetat   : Na/K diklofenac, indometasin.
3.                                   Asam propionat       : ibuprofen, ketoprofen,naproksen.
4.                                   Asam antranilat        : asam mefenamat
5.                                   Oxicam                      : piroxicam, meloxicam.
6.                                   pirazolon        : fenilbutazon, oksifenbutazon.












Mekanisme kerja NSAID:
Dengan cara menghambat enzim siklo-oksigenase shg konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin (PGG2) dihentikan.

Fosfolipida (membrane sel)
 

                                    Kortikosteroid                                                                             fosfolipase        
                        
                                                                                Asam arakidonat
 



                                 NSAID                       cyclooxygenase                                                                                lipoxygenase
 


                                                                     Endoperoksida                                                                          asam hidroperoksida
 

          
                                                                      Prostaglandin                                                                                     leukotrien
                                                                           (PGG2)    

                                                  Prostaglandin dan Leukotrien : merupakan mediator radang dan nyeri
                              


B.  Anti Inflamasi Steroid (SAID)

Th 1855, Addison meneliti fungsi fisiologi anak ginjal atau kelenjar adrenal, merupakan organ kecil yg letaknya berdampingan dengan ginjal pd bagian atas-dalamnya (ad=dekat, ren=ginjal). Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan bagian kulit.
1.                    Medulla ( : sumsum) adlh bagian dalam yg membentuk neurohormon adrenalin
2.                    Cortex (  : kulit) adalah bagian luar yg menghasilkan 3 jenis  hormone steroida, yaitu:
·                                                                         Glukokortikoid : mengeluarkan kortisol (hidrokortison) berpengaruh pd metabolisme                         karbohidrat, pertukaran protein, pembagian lemak dan reaksi  inflamasi.
·                            Mineralokortikoid : mengeluarkan aldosteron, berpengaruh terhdp keseimbangan air dan          elektrolit.
·                            Hormon kelamin : produksi terstosteron, DHEA, estrogen dan progesterone.

Efek glukokortikoid:
a.                              efek  anti radang / anti inflamasi  : berdasarkan efek vasokontriksi.
b.                                   Daya imunosupresif dan anti alergi: reaksi imun dihambat, sedangkan migrasi dan aktifitas limfosit T/B dan      makrofag  dikurangi.
c.                                     Efek ketabol : menghalangi pembentukan protein dari asam2 amino. Sedangkan pengubahannya ke glukosa           dipercepat.

Efek mineralokortikoid :  retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan kalium  ekskresinya meningkat.


Sintesa semua hormone tersebut diatas  didalam korteks adrenal:  mengubah  asetat menjadi kolesterol, yg kemudian dg bantuan berbagai enzim diubah menjadi kortikosteroid.

Penggunaan hidrokortison dg dosis tinggi yg sering kali diperlukan dlm terapi acapkali terganggu oleh efek sampingnya, spt retensi garam/air, udema, dan hipertensi. Dg demikian disintesa sebanyak mungkin derivatnya dg tujuan memperkuat efek glukokortikoidnya dan memperkecil efek sampingnya.


Penggolongan kortikosteroid berdasarkan struktur kimia terbagi dalam 2 kelompok:
1.                                   Deltakortkoida          : Prednis(ol)on, metylprednisolon, budesonida, desonida dan prednikarbat.
2.                                   Fluokortikoida          : Berdasarkan posisi dari atom fluor dlm rumus steroid :
-                               6 alfa-fluor: fluokortolon, flunisolida
-                               9 alfa-fluor: betametason, deksametason, triamsi nolon, desoksimetason
-                               6,9 alfa-difluor : flumetason, flusinolon, diflukortolon
-                               9 alfa-fluor 21-klor : klobetasol, klobetason
-                               6 alfa-fluor 9,11-diklor : fluokorolo
-                               6,9 alfa-difluor 2-klor : halometason

Efek analgetika Kortikosteroid: dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga pembentukan prostaglandin maupun leukotrien dihentikan. Shg efek  anti inflamasinya  lebih baik daripada NSAID. Namun efek sampingnya lebih berbahaya pada dosis  tinggi dan penggunaan lama.

No comments:

Post a Comment