Tugas
Keterampilan Dasar Praktik Klinik
FARMAKOLOGI
DAN PENERAPAN
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
Disusun guna memenuhi sebagian
syarat dalam
Tugas Diskusi Keterampilan Dasar
Praktik Klinik
di Akademi Kebidanan Yogyakarta
Oleh : kelompok IV
1. Krisna
Siska Septiana (120076)
2. Wiji
Kurnia Sari (120057)
3. Hidayatul
Fitri (120078)
4. Febri
Anawati (120079)
5. Nofia
Listiani (120080)
6. Dewi
Purwanti (120081)
7. Tri
Retno Susanti (120082)
8. Shofiatus
Sholihah (120083)
9. Rika (120084)
AKADEMI
KEBIDANAN YOGYAKRTA
YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala
puji bagi Allah SWT, yang tiada tuhan selain diri-Nya yang menguasai
alam
semesta
ini, dan
melimpahkan
rahmat
dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
dengan
ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
.
Penyusunan Makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan
dan
pengarahan
dari
semua
pihak. Untuk
itu
pada
kesempatan kali ini
Penulis
ingin
mengucapkan
terimaksih
kepada :
- Drs. Henri Soekardi, M.Kes, selaku
Direktur
Akademi
Kebidanan
Yogyakarta dan Pembimbing I dalam
penyusunan makalah.
- Muh.
Nurul Hasanudin., S.Si., Apt, selaku Dosen
Pembimbing Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
- Orang tua yang selalu
mendukung
dan
mendoakan
penulis dalam
pembuatan
makalah
ini, semoga
kita
semua
dalam
lindungan
Allah SWT.
- Rekan-rekan
mahasiswa
Akademi
Kebidanan
Yogyakarta.
- Semua pihak yang telah memberikan
dukungan
dan
doa
dalam
kelancaran
penyusunan
makalah
ini.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Makalah
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan.
Oleh
karena
itu, Penulis
mengharapkan
kritik, saran dan
evaluasi demi peningkatan makalah.
Yogyakarta,
12
November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan
Penulisan................................................................................................ 2
D. Manfaat
Penulisan............................................................................................. 2
BAB
II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
dan Pengertian .................................................................................... 3
B. Penggolongan
Obat .......................................................................................... 7
C. Bentuk
Sediaan Obat ....................................................................................... 10
D. Prosedur
Pemberian Obat ................................................................................. 15
E. Cara-Cara
Pemberian Obat ............................................................................... 17
1. Efek
Sistematik........................................................................................... 17
2. Efek
Lokal .................................................................................................. 18
F. Macam-Macam
Obat Dalam Kebidanan .......................................................... 19
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................... 20
B. Saran
................................................................................................................ 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya para tenaga kesehatan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari tidak terlepas dari farmakologi. Farmakologi
membantu para tenaga kesehatan untuk memberikan obat-obatan yang benar kepada
klien sehingga tidak terjadi kesalahan. Tenaga kesehatan yang professional, perlu mempelajari tentang
farmakologi khususnya farmakokinetik dan farmakodinamik untuk membantu
kesembuhan klien, dan dia juga dapat mengkaji apakah pemberian obat yang
diberikannya kepada klien merupakan obat
yang benar sesuai dosis dan lain-lain ataukah tidak.
Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap
manusia (lehne, 1988 dalam Kuntarti). Dalam farmakologi dikenal dengan istilah
farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu
farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam
tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu.
Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang
mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan
tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya.
Obat dapat didefinisikan
secara luas sebagai setiap molekul buatan manusia, alam, atau endogen (dalam
sel) yang memberikan sebuah efek biokimia dan / atau fisiologis pada sel,
jaringan, organ, atau organisme. Lebih khusus lagi Obat Adalah semua zat
baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan,
meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya.
Dalam makalah
ini, akan membahas tentang ilmu farmakologi dalam ruang lingkup farmakodinamik,
farmakokinetik, penerapan prosedur pemberian obat serta macam-macam obat dalam
kebidanan.
B. Rumusan Masalah
1.
ApaPengertian konsep farmakologi?
2.
Apa pengertian
farmakodinamika?
3.
Apa pengertian
farmakokinetik?
4.
Macam-macam
Bentuk Obat?
5.
Bagaimana prosedur pemberian obat?
6.
Bagaimana cara pemberian obat?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang konsep dasar farmakologi
secara umum.
D.
Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan ini adalah untuk menghasilkan suatu sistem informasi
yangmemungkinkan:
1.
Pihak medis dan tenaga kesehatan lainnya
lebih memahami tentang konsep dasar farmakologi secara umum.
2. Pihak
medis dan tenaga kesehatan lainnya lebih memahami tujuan dan kegunaan dari
obat.
3. Pihak
medis dan tenaga kesehatan lainnya lebih mengerti dan memahami bagaimanakah
penerapan prosedur pemberian obat.
4. Peningkatan
efisiensi kerja para tenaga kesehatan
dalam melayani pasien nya.
BABII
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi dan Pengertian
I.
Farmakologi
Farmakologi berasal
dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system
biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian
tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi (English:
pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan
kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis
disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang
mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan
kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal
dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu
yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah
pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme
hidup.
II. Farmakodinamika
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional.
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional.
III.
Farmakokinetik
Farmakokinetika
merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke
dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi,
distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.
Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh.
Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika.
1). Absorpsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinalke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif,
atau pinositosis.Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja
permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagain dari vili ini berkurang, karena
pengangkatan sebagian dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat
yang mempunyai dasar protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di
dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi
melalui difusi (pergerakan darikonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah).
Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus membran.
Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan
perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atauprotein dapat membawa obat-obat
menembus membran. Pinositosis berarti membawaobat menembus membran dengan
proses menelan.
Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres,
kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat
vasokonstriktor, ataupenyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan
makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan
lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung.
Latihan dapat mengurangi aliran darah denganmengalihkan darah lebih
banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi kesaluran
gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat
diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih banyak pembuluh darah,
seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit pembuluh darah,
sehingga absorpsi lebih lambat pada jaringan yang demikian.
2) Distribusi
Setelah
diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat
fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya
di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan,
yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan
otak. Selanjutnya, distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup
jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera,
kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah
waktu yang lebih lama.
Difusi ke ruang
interstisial jaringan terjadi karena celah antarsel endotel kapiler mampu
melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut
dalam lemak akan melintasi membran sel dan terdistribusi ke dalam otak,
sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel
sehingga distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel. Distribusi juga
dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat
berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma
ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya
sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena
adanya defisiensi protein.
3) Biotransformasi / Metabolisme.
Biotransformasi
atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi
dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah
menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam
lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal..Enzim yang berperan dalam
biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni
enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada
isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non-mikrosom.
Kedua macam enzim metabolisme ini terutama
terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya
ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
4) Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai
organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk
asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut
lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang
terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3 preoses, yakni filtrasi
di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di
tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan
fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian
diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosisatau
interval pemberian obat. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air
mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali
sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan
sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat
digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran
forensik.
B.
Penggolongan Obat
1.
Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep docter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh :
Parasetamol
2.
Obat bebas terbatas
Obat bebas
tebatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli tanpa resep docter,dan disertai dengan tanda
peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM
3.
Obat keras dan psikotropika
Obat keras
adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep docter.Tanda khusus
pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam.
Contoh:Asam Mefenamat
Obat
psikotropika adalah obat keras baik alamiah sinetis bukan narkotika,yang
berkhasiat psikoatif melalui pengaruh selektif pada sususan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4.
Obat narkotika
Obat
narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetik maupun semi sintetik yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan
kesadaran,hilangnya rasa,mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan
Contoh : Morfin, Petidin
5.
Obat generic
Obat generic adalah yaitu obat
generic bermerek dagang dan obat generic berlogo yang dipasarkan dengan merek
kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya,
oleh pabrik A diberi merek “inemicillin”, sedangkan pabrik B member nama
”gatoticillin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai
merek tersebut, bahannya sama ”amoxixillin”.
Dari sisi zat aktifnya(komponen
utama obat),antara obat generic baik berlogo generic lebih murah dibandingkan
obat yang dipatenkan.
Mutu obat generic tidak berbeda
dengan obat paten karena bahan bakunya sama.Ibarat sebuah baju,fungsi asarnya
untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin.Hanya
saja,modelnya beraneka ragam.Begitu pula dengan obat.Generik kemasannya dibuat
biasa,karena yang terpenting bias melindungi produk yang ada
didalamnya.Namun,yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan
berbagai warna.Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.
6. Obat esensial
Obat
esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak.
7. Sediaan farmasi
Sediaan farmasi tidak hanya obat, tetapi juga meliputi obat
tradisional dan kosmetika. Ketentuan ini tercantum dalam pasal 40 UU no.
23/1992tentang kesehatan. Untuk lebih mengetahui sediaan farmasi, dibawah ini
dibahas secara singkat tentang obat traddisional dan kosmetika.
8.
Obat Tradisional
Obat
tradisional sering disebut obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia.
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, obat bahan alam dikelompokkan menjadi :
a.
Jamu
Jamu harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapakan, klaim
khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku.
b.
Obat Herbal Terstandar
Obat herbal
terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik, telah dilakukan
standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
c.
Fitofarmaka
Fitofarmaka
harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinik, telah dilakukan standarisas terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
9.
Kosmetika
Kosmetika
ialah bahan baku atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh (epidermis, rambut, kuku bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi
dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
Kosmetik
yang diproduksi atau diedarkan harus memenuhi persyaratan : menggunakan bahan
yang memenuhi standar mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan,
diproduksi dengan mengikuti aturan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
(CPKB), terdaftar pada, dan mendapatkan ijin edar dari Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) .
Berdasarkan bahan dan penggunaannya
serta untuk maksud evaluasi produk, kosmetik dibagi 2 golongan :
a. Kosmetik
golongan I, yaitu
·
Kosmetik yang digunakan untuk bayi,
·
Kosmetik yang digunakan sekitar mata, rongga mulut,
dan mukosa lainnya,
·
Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan
kadar dan penandaan,
·
Kosmetik mengandung bahan yang fungsinya belum lazim
serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b.
Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I
C. Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat dibagi menjadi
sedain padat ,semi padat, cair,dan gas.
a. Sediaan padat.
1)
Pulvis/pulveres/Serbuk
Pulvis (serbuk) ialah campuran
keringbahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat
dalanm atau luar. Pulveres adalah serbuk yang masing –masing di bungkus dengan
pengemas yang cocok sekali minum.
2)
Tablet
Ialah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Zat tambahan berfungsi sebagai
pengisi,pengmbang,pengikat,pelicin dan pembahas atau fungsi lain yang cocok .
Tablet bebentuk bulat pipih
dengan berat antara 50 mg -2g,umumnya sekitar 200-800 mg jenis tablet sangat
ban yak ,misalnyas tablet salut ,tablet effervescent tablet sub lingual,tablet
lepas lambat ,dan lozenge.
3)
Kapsul
Kapsul ialah sediaan padat yang
trdiru dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.Cangkang
Kapsuil terbuat dari gelatin .pati atau bahn lain yang cocok.
4)
Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal,vagina atau
urethal. Sediaan ini dapat meleleh melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Berdasarkan pemakainnya bentuk Suppositoria ada yang torpedo atau meruncing
dikedua ujungnya (Suppositoria anal ).Ovula yang bentuknya bulat atau bulat
telur digunakan melalui vagina.
5)
Kaplet
Kaplet adalah tablet berbentuk
seperti kapsul yang pembuatanya melalui kempa cetak.
6)
Pellet
Sediaan tablet kecil ,sillindris
,dan steril yang pemakainya di tanam (inflantasi) kedalam jaringan.
7)
Lozenge
Adalah sedian tablet yang rasanya
manis dan baunya enak yang penngunanya dihisap dalam mulut.
b. Sedian Setangah Padat
Ada beberapa sediaan setangah padat,yaitu unguenta
(salep), cremones (krim), pasta, dan gel (jelly).
1)
Salep
Salep merupakan sediaan setengah
padat yang mudah di oleskan dan di gunakan sebagi obat luar.
2)
Krim
Krim adalah sediaan setengah
padat berupa emulasi mengandung air tidak kurang atau sama dengan
(>)60% dan dimaksudkan obat luar.Umumnya digunakan didaer ah yang relatif
jarang terkana air karena krim mudah tercuci.
3)
Pasta
Pasta adalah sediaan berupaa masa
lembek yang di gunakan untuk pemakain luar.Biasanya dibuat dengan mencampuir
serbuk dalam jumlah >50% bagian dengan vaselin atau parafin cair atau dengan
bahan dasar yang tidak berlemak (gliserol,musilago atau sabun)
4)
Jelli
Merupakan sedian suspensi setengah
padat dari bahan organik atau anogranik,mengandung air,dan di gunakan pada
kulit yang peka atau berlendir (mukosa)
c. Sediaan Cair
Adalah sedian cair yang mengandung bahan kimia
terlarut,Kecuali dinyatakan lain,sebagai pelarut digunakan air suling.Larutan
bersifat homogen atau serba sama
1)
Sirup
Suatu sediaan berupa larutan yang
mengandung gula sukrosa.Kecuali dimyatakan lain kadar gula tidak kurang dari
64% atau tidak lebih dari 66% sirup dengan kadar gula ± 65% disebut sirup
simplek yang digunakan sebagai origen saporis (pemanis)
2)
Eliksir
Sediaan larutan yang mempunyai rasa
dan bau sedap,selai obat juga mengandung bahs=an tambahan seperi gula,zat
pemanis lainnya,zat warna, zat dan zat pengawet.Eliksir digunakan sebagai obat
dalam.Pelarut digunakan umumnya etanol karena dapat meningkatkan kelarutan zat
aktifnya.
3)
Guttea (obat tetes)
Suatu sediaan cairan berupa
larutan,emulasi atau suspensi digunakan baik untuk obat luar atau obat
dalam,dilengkapi alat penetes berskala (untuk obat dalam ) dan tidak berskala
untuk obat luar.Jika disebut obat tetes tanpa keterangan yang dimaksud adalah
obat dalam.
4)
Injeksi
Injeksi sediaan steril dan
bebas pirogen yang berupa larutan, emulasi, suspensi, serbuk yang dilarutkan
atau disuspensikan lebih dulu sebelum digunakan. Penggunaan sediaan injeksi
disuntikan menggunakan spuit kedalam kulit, bawah kulit, otot atau intravena.
5)
Enema
Enema adalah suatu larutan yang
penngunanya melaluin rekum (anus). Kegunaan sediaan enema antara lain untuk
memudahkan buang air besar, mencegah kejang atau mengurangi nyeri lokal.
6)
Gargarisma
Yaitu berupa sediaan larutan relatif
pekat yang di harus di encerkan sebelum di gunakan (dikumurkan). Gargarisma
umumnya digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
7)
Douche
Douche adalah larutan yang di gunakan
secara langsung pada lubang tubuh,bermanfaat sebagai pembersih atau
antiseptik. Contoh douche adalah vaginal douche, eye douche, pharingael douche,
dan nasal douche.
8)
Suspensi
Ialah sediaan cairan yang
memgandunmg bahan obat berupa partikel halus yang tid ak larut dan terdispresi
dalam cairan pembawa. Dalam kemasaan sediaan suspensi diserta etiket
bertuliskan kocok dahulu sebelum digunakan, tujuan supaya partikel
mengend ap terdisperasi merata.
9)
Emulsi
Emulsi merupakaan sedian yang mengandung
bahan obat cair atau larutaan obat, terdispersi dalam cair distabilkan dengaan
emulagator yang sesuai. Emulsi merupakan campuran zat berminyak dan berair.
Dalam kemasannya, emulsi ada penjelasan kocok dahulu sebelum digunakan supaya
zat yang terpisah dapat tercampur merata kembali.
10)
Infusa
Adalah sediaan cair yang di buat
menyari simplisia nabati dengan air apnas (90 c) selama 15 menit.
d. Sediaan Gas
Aerosol yang
mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang di beri tekanan
.digunakan untuk obat luar atau obat dalam. Pemakaianya disedot melalui hidung
atau mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke saluran pernapasan.
a.
Gas
Biasanya berupa oksigen, obat anestesi atau zat yang
digunakan untuk sterilisasi.
D. Prosedur Pemberian
Obat
Paramedis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian
obat. Antaralain, harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep,
catatan medic), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali per hari atau 4 kali
per hari), indikasi, dosis, dan jalur pemberian. Setelah pengecekan, paramedic
harus memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6 benar atau
tepat, yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis, jalur pemberian, dan tepat
dokumentasi.
a.
Tepat pasien
Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi, seperti pada saat
ordernya lewat telepon, pasien yang masuk beersamaan, kasus penyakinya sama,
suasana dengan kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke ruang
lainnya. Untuk mengurangi kejadian tidak tidak tepat pasien dapat dilakukan
antara lain :
1)
Tanya nama pasien, dengan pertanyaan siapa namanya, bukan dengan pertanyaan “namanya Bapak Supardi?”
2)
Cek identifikasi pasien dalam bracelet, dan
3)
Cek pasian pada papan nama di tempat tidur dan di pintu.
b.
Tepat Obat
Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca
dengan teliti setiap akan membrikan obat. Label atau etiket yang perlu diteliti
antara alin : nama obat, sediaan, konsentrasi, dan cara pemberian serta expired
date. Kesalahan pemberia obat sering terjadi jika perawat memberika obat yang
disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit)tanpa
identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan obat yang akan diberikan.
c.
Tepat Waktu
Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang
tidak tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, epinefrin
diberikan setiap 3 – 5 menit, jika tidak dipatuhi akan menhasilkan kadar obat
yang tidak sesuai. Kakurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya.termasuk
tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui injeksi (bolus
atau lambat) atau pemberian melalui infuse.
d.
Tepat Dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek
berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak –anak, lansia, atau
pada orang obesitas. Pada pasien – pasien tersebu para media harus mengerti
cara mengkonversi dosisdari orang dewasa normal.
e.
Tepat Rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk ke dalam tubuh.
f.
Tepat Dokumentasi
Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupaka begian dari pemberian obat yang
rasional, yaitu aspek atau tepat yang ke 6, yaitu seperti meliputi nama
obat, dosis, jalur pemberian, tempat pemberian alasan kenapa obat diberikan,
dan tanda tangan orang yang memberikan.
E. Cara-Cara
Pemberian Obat
Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat
lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek
yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal
(setempat), keadaan pasien dan sifat – sifat fisika-kimia obat.
1. Efek
Sistemis
(a) Oral, Pemberiannya
melalui mulut
(b)
Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu :
·
Sublingual : Obat ditaruh di bawah
lidah.
·
Bucal : Obat diletakkan diantara pipi
dan gusi
(c) Injeksi, adalah
pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput
lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat.
Macam–macam jenis suntikan :
·
Subkutan / hypodermal (s.c) :
Penyuntikan di bawah kulit
·
Intra muscular (i.m) : Penyuntikan
dilakukan kedalam otot
·
Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan
di dalam pembuluh darah
·
Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke
dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada
penderita kanker hati)
·
Intra cutan (i.c) : Penyuntikan
dilakukan di dalam kulit
·
Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke
dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
·
Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam
ruang selaput (rongga) perut.
(d) Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di
bawah kulit dengan alat khusus
(trocar), digunakan untuk efek yang lama.
(e)
Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar
dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak
asam lambung.
(f)
Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat
menyerap secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran
darah, langsung ke jantung.
2. Efek
Lokal ( pemakaian setempat )
(a) Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan
pada permukaan kulit, bentuk obat
salep, cream dan lotio
(b) Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung
atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan
danpernafasan
(c) Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui
selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat
diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.
(d) Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa
vagina, biasanya berupa obat antifungi dan pencegah kehamilan.
(e) Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir
hidung untuk menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, contohnya
Otrivin.
F.
Maacam-Macam Obat Dalam Kebidanan.
Beberapa
macam Obat-obatan yang berhubungan dengan kebidanan antaralain:
1.
Kalzan
·
Indikasi : Memenuhi kebutuhan kalsium
pada masa hamil dan menyusui, pada anak dalam masa pertumbuhan tulang dan gigi
serta usia lanjut.
·
Dosis : - Anak dan dewasa 2 x sehari 1
sendok takar syrup
- Wanita hamil dan
menyusui 3 x sehari 1-2 sendok takar syrup
2. Dumocalcin
· Indikasi
: Untuk pembentukan tulang dan gigi, mencegah dan mengobati rakitis, untuk
wanita hamil dan menyusui
· Kontra
indikasi : Penderita penyakit ginjal yang berat keadaan dimana kadar kalsium
darah dan urin meninggi
· Dosis
: 2 x sehari, dewasa 2-4 tablet, anak 1-2 tablet
3.
Bionemi
·
Asam folat, Vitamin B12 ,
Vitamin C, vitamin D3, carbonat
·
Indikasi : Suplemen vitamin dan mineral untuk
anemia pada masa kehamilan dan menyusui
·
Kontra indikasi : Penderita
himokromatosis, penderita anemia yang bukan disebabkan kekurangan zat besi
·
Efek samping : Mual, muntah, nyeri
lambung atau nyeri perut, diare, konstipasi
·
Dosis : 1 kapsul sehari
4.
Biopradyn
·
Indikasi : Meningkatkan daya tahan
tubuh, masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui, menopause, pasca operasi,
defisiensi vitamin kronik, keletihan pada kerja berat
·
Perhatian : Feses berwarna hitam
·
Dosis : Sehari 1
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan obat-obatan.
Dalam ilmu ini dipelajari:
i. Penelitian mengenai penyakit-penyakit
ii. Kemungkinan penyembuhan
iii. Penelitian obat-obat baru
iv. Penelitian efek samping obat-obatan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit berkaitan dengan
perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
2. Farmakokinetik : Aspek
farmakologi mempelajari segala tindakan yang dilakukan tubuh terhadap
obat.
3.
Farmakodinamik
:
Aspek mempelajari semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.
B.
Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai salah satu anggota dari tenaga kesehatan kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai salah satu anggota dari tenaga kesehatan kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, (2009), Sariawan Bayi, http//febryan.com/?p=38,
Jumat, 26 Oktober 2012 Pukul17.30
Anurogo,
Dito, 2008, Tips Praktis Sehat, http://www.pewartakabarindonesia.blogspot.com, Minggu, 28 Oktober 2012 Pukul 19.00 WIB
Effendi, Nasrul, 1998, Dasar-dasar Kesehatan
Masyarakat, EGC, Jakarta
Nugroho, 2008, farmakologi
dasar,
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/05/makalah-pengantar-farmakologi-
disusun.html, Minggu 28 Oktober 2012 pukul 20.14
Nurdin,
Faisal, 2010, Mengenal Farmakodinamik dan
Farmakokinetik, http://www.dhevai.co.cc/2010/02/mengenal-farmakodinamik-dan.html, Kamis, 02 november 2012
Sapaa, Ahmad, 2009, Farmakodinamik, http://users.cjb.net/ahmadsapaafarma/farmakodinamik.html,
Selasa, 30 November 2012 pukul 21.00
No comments:
Post a Comment