Thursday, March 28, 2013


Tugas Keterampilan Dasar Praktik Klinik
FARMAKOLOGI DAN PENERAPAN
 PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

Disusun guna memenuhi sebagian syarat dalam
Tugas Diskusi Keterampilan Dasar Praktik Klinik
di Akademi Kebidanan Yogyakarta


Oleh : kelompok IV
1.    Krisna Siska Septiana            (120076)
2.    Wiji Kurnia Sari                    (120057)
3.    Hidayatul Fitri                       (120078)
4.    Febri Anawati                       (120079)
5.    Nofia Listiani                        (120080)
6.    Dewi Purwanti                      (120081)
7.    Tri Retno Susanti                  (120082)
8.    Shofiatus Sholihah                (120083)
9.    Rika                                       (120084)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKRTA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji  bagi Allah SWT, yang tiada tuhan selain diri-Nya yang menguasai alam semesta ini, dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah .
Penyusunan Makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada :
  1. Drs. Henri Soekardi, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Yogyakarta dan Pembimbing I dalam penyusunan makalah.
  2. Muh. Nurul Hasanudin., S.Si., Apt, selaku Dosen Pembimbing Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
  3. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam pembuatan makalah ini, semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT.
  4. Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta.
  5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa dalam kelancaran penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi demi peningkatan makalah.



Yogyakarta, 12 November 2012

                                                                                                                                    Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................      i
KATA PENGANTAR......................................................................................................      ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................      iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah..............................................................................................      2
C.     Tujuan Penulisan................................................................................................      2
D.    Manfaat Penulisan.............................................................................................      2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.    Definisi dan Pengertian ....................................................................................      3
B.     Penggolongan Obat ..........................................................................................      7
C.     Bentuk Sediaan Obat .......................................................................................      10
D.    Prosedur Pemberian Obat .................................................................................      15
E.     Cara-Cara Pemberian Obat ...............................................................................      17
1.      Efek Sistematik...........................................................................................      17
2.      Efek Lokal ..................................................................................................      18
F.      Macam-Macam Obat Dalam Kebidanan ..........................................................      19
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan.......................................................................................................      20
B.       Saran ................................................................................................................      20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Pada dasarnya para tenaga kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari   tidak terlepas dari farmakologi. Farmakologi membantu para tenaga kesehatan untuk memberikan obat-obatan yang benar kepada klien sehingga tidak terjadi kesalahan. Tenaga kesehatan yang  professional, perlu mempelajari tentang farmakologi khususnya farmakokinetik dan farmakodinamik untuk membantu kesembuhan klien, dan dia juga dapat mengkaji apakah pemberian obat yang diberikannya kepada klien  merupakan obat yang benar sesuai dosis dan lain-lain ataukah tidak.
 Farmakologi merupakan suatu  studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia (lehne, 1988 dalam Kuntarti). Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Sedangkan  farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya.
Obat dapat didefinisikan secara luas sebagai setiap molekul buatan manusia, alam, atau endogen (dalam sel) yang memberikan sebuah efek biokimia dan / atau fisiologis pada sel, jaringan, organ, atau organisme. Lebih khusus lagi Obat Adalah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya.
Dalam  makalah ini, akan membahas tentang ilmu farmakologi dalam ruang lingkup farmakodinamik, farmakokinetik, penerapan prosedur pemberian obat serta macam-macam obat dalam kebidanan.                                                                                                  
B.       Rumusan Masalah
1.      ApaPengertian konsep farmakologi?
2.       Apa pengertian farmakodinamika?
3.       Apa pengertian farmakokinetik?
4.       Macam-macam Bentuk Obat?
5.      Bagaimana prosedur pemberian obat?
6.      Bagaimana cara pemberian obat?


C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang konsep dasar farmakologi secara umum.

D.      Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk menghasilkan suatu sistem informasi yangmemungkinkan:
1.         Pihak medis dan tenaga kesehatan lainnya lebih memahami tentang konsep dasar farmakologi secara umum.
2.      Pihak medis dan tenaga kesehatan lainnya lebih memahami tujuan dan kegunaan dari obat.
3.      Pihak medis dan tenaga kesehatan lainnya lebih mengerti dan memahami bagaimanakah penerapan prosedur pemberian obat.
4.      Peningkatan  efisiensi kerja para tenaga kesehatan dalam melayani pasien nya.

BABII
TINJAUAN TEORI
A.      Definisi dan Pengertian
I.     Farmakologi
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup.

II.   Farmakodinamika
           Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional.




III.    Farmakokinetik
    Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika.
1). Absorpsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinalke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagain dari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan darikonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atauprotein dapat membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawaobat menembus membran dengan proses  menelan.
Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, ataupenyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung.
Latihan dapat mengurangi aliran darah denganmengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi kesaluran gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih banyak pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambat pada jaringan yang demikian.
2) Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama.
Difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi karena celah antarsel endotel kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein.


3) Biotransformasi / Metabolisme.
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal..Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non-mikrosom.
 Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.

4) Ekskresi
 Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosisatau interval pemberian obat. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik.


B.    Penggolongan Obat

1.      Obat bebas

           Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep docter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol

2.      Obat bebas terbatas

Obat bebas tebatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli tanpa resep docter,dan disertai dengan tanda peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM

3.      Obat keras dan psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep docter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh:Asam Mefenamat

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah sinetis bukan narkotika,yang berkhasiat psikoatif melalui pengaruh selektif pada sususan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital



4.      Obat narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetik maupun semi sintetik yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,hilangnya rasa,mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan
Contoh : Morfin, Petidin

5.    Obat generic

Obat generic adalah yaitu obat generic bermerek dagang dan obat generic berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik A diberi merek “inemicillin”, sedangkan pabrik B member nama ”gatoticillin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama ”amoxixillin”.
Dari sisi zat aktifnya(komponen utama obat),antara obat generic baik berlogo generic lebih murah dibandingkan obat yang dipatenkan.
Mutu obat generic tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama.Ibarat sebuah baju,fungsi asarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin.Hanya saja,modelnya beraneka ragam.Begitu pula dengan obat.Generik kemasannya dibuat biasa,karena yang terpenting bias melindungi produk yang ada didalamnya.Namun,yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna.Kemasan itulah yang membuat obat bermerek lebih mahal.

6.     Obat esensial

Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak.


7.     Sediaan farmasi

         Sediaan farmasi tidak hanya obat, tetapi juga meliputi obat tradisional dan kosmetika. Ketentuan ini tercantum dalam pasal 40 UU no. 23/1992tentang kesehatan. Untuk lebih mengetahui sediaan farmasi, dibawah ini dibahas secara singkat tentang obat traddisional dan kosmetika.

8.         Obat Tradisional
Obat tradisional sering disebut obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam dikelompokkan menjadi :
a.       Jamu
Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapakan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
b.      Obat Herbal Terstandar
Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
c.       Fitofarmaka
Fitofarmaka  harus memenuhi kriteria  aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinik, telah dilakukan standarisas terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.

9.         Kosmetika
Kosmetika ialah bahan baku atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh (epidermis, rambut, kuku bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetik yang diproduksi atau diedarkan harus memenuhi persyaratan : menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan, diproduksi  dengan mengikuti aturan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), terdaftar pada, dan mendapatkan ijin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) .

Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk, kosmetik dibagi 2 golongan :

a.     Kosmetik golongan I, yaitu
·         Kosmetik yang digunakan untuk bayi,
·         Kosmetik yang digunakan sekitar mata, rongga mulut, dan mukosa lainnya,
·         Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan,
·         Kosmetik mengandung bahan yang fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

b.      Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I


C.      Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat dibagi menjadi sedain padat ,semi padat, cair,dan gas.

a.      Sediaan padat.

1)      Pulvis/pulveres/Serbuk
Pulvis (serbuk) ialah campuran keringbahan obat atau zat  kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalanm atau luar. Pulveres adalah serbuk yang masing –masing di bungkus dengan pengemas yang cocok sekali minum.

2)      Tablet
Ialah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Zat tambahan berfungsi sebagai pengisi,pengmbang,pengikat,pelicin dan pembahas atau fungsi lain yang cocok .
Tablet bebentuk bulat pipih  dengan berat antara 50 mg -2g,umumnya sekitar 200-800 mg jenis tablet sangat ban yak ,misalnyas tablet salut ,tablet effervescent tablet sub lingual,tablet lepas lambat ,dan lozenge.

3)      Kapsul
Kapsul ialah sediaan padat yang trdiru dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.Cangkang Kapsuil terbuat dari gelatin .pati atau bahn lain yang cocok.

4)      Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal,vagina  atau urethal. Sediaan ini dapat meleleh  melunak atau melarut pada suhu tubuh. Berdasarkan pemakainnya bentuk Suppositoria ada yang torpedo atau meruncing dikedua ujungnya (Suppositoria anal ).Ovula yang bentuknya bulat atau bulat telur digunakan melalui vagina.

5)      Kaplet
Kaplet adalah tablet berbentuk seperti kapsul yang pembuatanya melalui kempa cetak.

6)      Pellet
Sediaan tablet kecil ,sillindris ,dan steril yang pemakainya di tanam (inflantasi) kedalam jaringan.

7)      Lozenge
Adalah sedian tablet yang rasanya manis dan baunya enak yang penngunanya dihisap dalam mulut.

b.      Sedian Setangah Padat
Ada beberapa sediaan setangah padat,yaitu unguenta (salep), cremones (krim), pasta, dan gel (jelly).

1)      Salep
Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah di oleskan dan di gunakan sebagi obat luar.

2)      Krim
Krim adalah sediaan setengah padat  berupa emulasi mengandung air tidak kurang atau sama dengan (>)60% dan dimaksudkan obat luar.Umumnya digunakan didaer ah yang relatif jarang terkana air karena krim mudah tercuci.

3)      Pasta
Pasta adalah sediaan berupaa masa lembek yang di gunakan untuk pemakain luar.Biasanya dibuat dengan mencampuir serbuk dalam jumlah >50% bagian dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar yang tidak berlemak (gliserol,musilago atau sabun)

4)      Jelli
Merupakan sedian suspensi setengah padat dari bahan organik atau anogranik,mengandung air,dan di gunakan pada kulit yang peka atau berlendir (mukosa)

c.       Sediaan Cair
Adalah sedian cair  yang mengandung bahan kimia terlarut,Kecuali dinyatakan lain,sebagai pelarut digunakan air suling.Larutan bersifat homogen atau serba sama


1)      Sirup 
Suatu sediaan berupa larutan yang mengandung gula sukrosa.Kecuali dimyatakan lain kadar gula tidak kurang dari 64% atau tidak  lebih dari 66% sirup dengan kadar gula ± 65% disebut sirup simplek  yang digunakan sebagai origen saporis (pemanis)

2)      Eliksir
Sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,selai obat juga mengandung bahs=an tambahan seperi gula,zat pemanis lainnya,zat warna, zat dan zat pengawet.Eliksir digunakan sebagai obat dalam.Pelarut digunakan umumnya etanol karena dapat meningkatkan kelarutan zat aktifnya.

3)      Guttea (obat tetes)
Suatu sediaan cairan berupa larutan,emulasi atau suspensi digunakan baik untuk obat luar atau obat dalam,dilengkapi alat penetes berskala (untuk obat dalam ) dan tidak berskala untuk obat luar.Jika disebut obat tetes tanpa keterangan yang dimaksud adalah obat dalam.

4)      Injeksi
Injeksi  sediaan steril dan bebas pirogen yang berupa larutan, emulasi, suspensi, serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebih dulu sebelum digunakan. Penggunaan sediaan injeksi disuntikan menggunakan spuit kedalam kulit, bawah kulit, otot atau intravena.

5)      Enema
Enema adalah suatu larutan yang penngunanya melaluin rekum (anus). Kegunaan sediaan enema antara lain untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang atau mengurangi nyeri lokal.




6)      Gargarisma
Yaitu berupa sediaan larutan relatif pekat yang di harus di encerkan sebelum di gunakan (dikumurkan). Gargarisma umumnya digunakan untuk pencegahan  atau pengobatan infeksi tenggorokan.

7)      Douche
Douche adalah larutan yang di gunakan secara langsung pada  lubang tubuh,bermanfaat sebagai pembersih atau antiseptik. Contoh douche adalah vaginal douche, eye douche, pharingael douche, dan nasal douche.

8)      Suspensi
Ialah sediaan cairan yang memgandunmg bahan obat berupa partikel halus yang tid ak larut dan terdispresi dalam cairan pembawa. Dalam kemasaan sediaan suspensi diserta etiket bertuliskan kocok dahulu sebelum digunakan, tujuan supaya partikel  mengend ap terdisperasi  merata.

9)      Emulsi
Emulsi merupakaan sedian yang mengandung bahan obat cair atau larutaan obat, terdispersi dalam cair distabilkan dengaan emulagator yang sesuai. Emulsi merupakan campuran zat berminyak dan berair. Dalam kemasannya, emulsi ada penjelasan kocok dahulu sebelum digunakan supaya zat yang terpisah dapat tercampur merata kembali.

10)  Infusa
Adalah sediaan cair yang di buat menyari simplisia nabati dengan air apnas (90 c) selama 15 menit.





d.      Sediaan Gas
Aerosol yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang di beri tekanan .digunakan untuk obat luar atau obat dalam. Pemakaianya disedot melalui hidung atau mulut atau  disemprotkan dalam bentuk kabut ke saluran pernapasan.
a.       Gas
Biasanya berupa oksigen, obat anestesi atau zat yang digunakan untuk sterilisasi.

D.      Prosedur Pemberian Obat

Paramedis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian obat. Antaralain, harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep, catatan medic), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali per hari atau 4 kali per hari), indikasi, dosis, dan jalur pemberian. Setelah pengecekan, paramedic harus memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6 benar atau tepat, yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis, jalur pemberian, dan tepat dokumentasi.

a.       Tepat pasien
Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi, seperti pada saat ordernya lewat telepon, pasien yang masuk beersamaan, kasus penyakinya sama, suasana dengan kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke ruang lainnya. Untuk mengurangi kejadian tidak tidak tepat pasien dapat dilakukan antara lain :
1)      Tanya nama pasien, dengan pertanyaan siapa namanya, bukan dengan     pertanyaan “namanya Bapak Supardi?”
2)      Cek identifikasi pasien dalam bracelet, dan
3)      Cek pasian pada papan nama di tempat tidur dan di pintu.



b.      Tepat Obat
Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca dengan teliti setiap akan membrikan obat. Label atau etiket yang perlu diteliti antara alin : nama obat, sediaan, konsentrasi, dan cara pemberian serta expired date. Kesalahan pemberia obat sering terjadi jika perawat memberika obat yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit)tanpa identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan obat yang akan diberikan.

c.       Tepat Waktu
Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang tidak tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, epinefrin diberikan setiap 3 – 5 menit, jika tidak dipatuhi akan menhasilkan kadar obat yang tidak sesuai. Kakurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya.termasuk tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian melalui infuse.

d.      Tepat Dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak –anak, lansia, atau pada orang obesitas. Pada pasien – pasien tersebu para media harus mengerti cara mengkonversi dosisdari orang dewasa normal.

e.       Tepat Rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk ke dalam tubuh.

f.       Tepat Dokumentasi
Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupaka begian dari pemberian obat yang rasional, yaitu aspek atau tepat yang ke 6, yaitu seperti meliputi  nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat pemberian alasan kenapa obat diberikan, dan tanda tangan orang yang memberikan.

E.   Cara-Cara Pemberian  Obat

Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat – sifat fisika-kimia obat.
    1.       Efek Sistemis
             (a)   Oral, Pemberiannya melalui mulut
             (b)   Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua    macam cara yaitu :
·            Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.
·            Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
  (c)   Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek dengan cepat. Macam–macam jenis suntikan :
·            Subkutan / hypodermal (s.c) : Penyuntikan di bawah kulit
·            Intra muscular (i.m) : Penyuntikan dilakukan kedalam otot
·            Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah
·            Intra arteri (i.a) : Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi (dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada penderita kanker hati)
·            Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit
·            Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang)
·            Intra peritoneal : Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
          (d)  Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah kulit   dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.
          (e)   Rektal, pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki  efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.
          (f)   Transdermal, cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap   secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam system peredaran darah, langsung ke  jantung.
       2.       Efek Lokal ( pemakaian setempat )
(a)   Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada  permukaan kulit,  bentuk obat salep, cream dan lotio
(b)   Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan  dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan danpernafasan
(c)   Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.
(d)  Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa   obat antifungi dan pencegah kehamilan.
(e)   Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput   mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.



F.   Maacam-Macam Obat Dalam Kebidanan.
Beberapa macam Obat-obatan yang berhubungan dengan kebidanan antaralain:
1. Kalzan
·         Indikasi : Memenuhi kebutuhan kalsium pada masa hamil dan menyusui, pada anak dalam masa pertumbuhan tulang dan gigi serta usia lanjut.
·         Dosis : - Anak dan dewasa 2 x sehari 1 sendok takar syrup
- Wanita hamil dan menyusui 3 x sehari 1-2 sendok takar syrup
2.    Dumocalcin
·      Indikasi : Untuk pembentukan tulang dan gigi, mencegah dan mengobati rakitis, untuk wanita hamil dan menyusui
·      Kontra indikasi : Penderita penyakit ginjal yang berat keadaan dimana kadar kalsium darah dan urin meninggi
·      Dosis : 2 x sehari, dewasa 2-4 tablet, anak 1-2 tablet
3. Bionemi
·         Asam folat, Vitamin B12 , Vitamin C, vitamin D3, carbonat
·         Indikasi : Suplemen vitamin dan mineral untuk anemia pada masa kehamilan dan menyusui
·         Kontra indikasi : Penderita himokromatosis, penderita anemia yang bukan disebabkan kekurangan zat besi
·         Efek samping : Mual, muntah, nyeri lambung atau nyeri perut, diare, konstipasi
·         Dosis : 1 kapsul sehari
4. Biopradyn
·         Indikasi : Meningkatkan daya tahan tubuh, masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui, menopause, pasca operasi, defisiensi vitamin kronik, keletihan pada kerja berat
·         Perhatian : Feses berwarna hitam
·         Dosis : Sehari 1
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Dalam ilmu ini dipelajari:
                             i.  Penelitian mengenai penyakit-penyakit
                           ii.  Kemungkinan penyembuhan
                         iii.  Penelitian obat-obat baru
                         iv.  Penelitian efek samping obat-obatan atau teknologi baru terhadap   beberapa penyakit berkaitan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
2.      Farmakokinetik : Aspek farmakologi mempelajari segala tindakan yang                     dilakukan tubuh terhadap obat.

3.      Farmakodinamik : Aspek mempelajari semua efek yang dilakukan oleh obat terhadap tubuh.

B.       Saran
            Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai salah satu anggota dari tenaga kesehatan kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.



DAFTAR PUSTAKA

Admin, (2009), Sariawan Bayi, http//febryan.com/?p=38, Jumat, 26 Oktober 2012 Pukul17.30
Anurogo, Dito, 2008, Tips Praktis Sehat, http://www.pewartakabarindonesia.blogspot.com, Minggu, 28 Oktober 2012 Pukul 19.00 WIB
Effendi, Nasrul, 1998, Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta

Nugroho, 2008,  farmakologi dasar,
            http://satyaexcel.blogspot.com/2012/05/makalah-pengantar-farmakologi-  disusun.html, Minggu 28 Oktober  2012 pukul 20.14

Nurdin, Faisal, 2010, Mengenal Farmakodinamik dan Farmakokinetik, http://www.dhevai.co.cc/2010/02/mengenal-farmakodinamik-dan.html, Kamis, 02 november 2012
Sapaa, Ahmad, 2009, Farmakodinamik,     http://users.cjb.net/ahmadsapaafarma/farmakodinamik.html, Selasa, 30 November 2012 pukul 21.00




No comments:

Post a Comment